graffiti bertuliskan drean (2019)
Pernahkah melihat
tulisan-tulisan di dinding? Tentu saja pernah. Terlebih, yang saat ini tinggal
dalam masyarakat modern, sering kali menjumpai berbagai tulisan-tulisan hingga
gambar yang tertera pada dinding. Entah itu berupa iklan, coretan, atau bahkan
karya seni.
Dalam karya seni,
jika boleh disebut seni, banyak sekali bentuk tulisan yang sering digambarkan
pada sebuah dinding. Sebut saja graffiti, yang mana dalam skena graffiti banyak
sekali berkembang berbagai macam bentuk tulisan. Mulai dari wildstyle,
throw-up, tangging, roll-up dan lain sebagainya. Graffiti akan menjadi skena
utama dalam tulisan dinding, melanjutkan gerakan literasi yang dimulai pada
zaman awal manusia menuliskan sesuatu pada dinding. Serta mengemban misi untuk
menyampaikan pesan kepada dunia di masa depan.
Dalam sejarahnya,
tulisan atau gambar di dinding bisa ditelusuri dari pulihan ribu tahun yang
lalu. Mulai dari zaman pra sejarah, banyak ditemukan gambar-gambar tangan dan
binatang di dalam dinding-dinding gua. Sebuah karya seni luar biasa sekaligus
tanda-tanda tentang kehidupan dan keberadaan mereka. Para pembuat gambar-gambar
awal tersebut seakan ingin menyampaikan pesan kepada dunia modern. “Saya Pernah
Disini”, mungkin itu yang ingin mereka katakan dan tuliskan. Namun di zaman
tersebut mereka belum mengenal tulisan, dan hanya menggambarkan benda atau
bentuk yang bisa mereka lihat.
Memasuki zaman
sejarah, tidak lepas juga dengan tulisan di dinding. Zaman di mana manusia
mulai mengenal tulisan. Mungkin tulisan zaman sejarah awal masih berupa gambar
dan simbol tertentu untuk mengekspresikan bentuk huruf. Dari Mesopotamia Kuno, Mesir Kuno, Hingga Tiongkok, banyak sekali di temukan tulisan
yang diukir di dinding dalam bentuk relief. Menerangkan dan menggambarkan
bentuk kehidupan, situasi, dan kondisi pada zaman tersebut. Tulisan di dinding
banyak sekali ditemukan dalam bangunan-bangunan peninggalan sejarah. Sebut saja
Piramida di Mesir, di mana banyak sekali terdapat Hieroglif atau
tulisan-tulisan berupa ukiran di dinding-dinding dalamnya.
Pada zaman
modern, tulisan di dinding sering berupa propaganda-propaganda politik, atau
tanda kekuasaan. Tulisan di dinding juga menjadi frasa dan tanda untuk
menggambarkan nasib buruk sebuah kekuasaan atau tokoh yang pasti akan berakhir.
Frasa “Tulisan Di Dinding” yang dituliskan dalam Alkitab, Kitab Daniel, untuk
menggambarkan saat-saat dimana berakhirnya kekuasaan raja pada waktu itu. Hal
ini mengilhami beberapa gerakan kudeta terhadap kekuasaan yang kurang disukai
dengan membuat propaganda-propaganda lewat tulisan di dinding.
Pada saat Perang
Dunia, militer beberapa negara menandai wilayah yang sudah dikuasai dengan
tulisan di dinding. Atau menandai bahwa tempat tersebut sudah aman. Di
Indonesia sendiri, tulisan di dinding digunakan untuk propaganda melawan
penjajah yang cukup efektif. Menuliskan semangat akan kemerdekaan, serta
menggelorakan kebebasan.
Pernahkah menjumpai atau mengalami, dengan krayon dan pensil warna. Seorang anak kecil yang masih lugu
menggambarkan dan berimajinasi lewat gambar di dinding. Belajar mengeja alpabet
dengan menuliskannya di dinding. Coretan-coretan tangan kecil di dinding yang
menjadikannya berwarna-warni. Tanpa adanya umpatan kekecewaan dari orang tua
saat dinding rumahnya “dikotori”. Ini membuktikan bahwa gen para penulis
dinding memang tersemat dari generasi ke generasi. Tanpa di disadari, anak
kecil merupakan generasi penulis dinding murni.
Sampai saat ini,
tulisan di dinding banyak tersebar di kota-kota besar di seluruh dunia. Berupa
coretan-coretan tidak jelas dan tentu saja graffiti. Graffiti sebagai skena
utama, atau gerakan utama dalam penyampaian pesan terhadap dunia yang akan
datang menghadapi berbagai pro dan konta. Mulai dianggap sebagai sebuah karya
seni urban yang memunyai nilai. Hingga dianggap sebagai sebuah bentuk
pengerusakan dan memperburuk visual lingkungan. Penolakan masyarakat dan hukum terhadap
tulisan di dinding ini tidak main-main. Sebuah negara bagian di Amerika Serikat
memberlakukan hukum pidana yang berat terhadap seseorang yang dengan sengaja,
dianggap mengkotori dinding dengan graffiti.
Apresiasi
masyarakat terhadap seni di dinding tentu juga mendorong tulisan dinding untuk
tetap eksis. Tulisan di dinding mulai menjadi sebuah karya seni yang cukup
menjual. Banyak ditemukan tempat-tempat komersial, berupa, hotel, restoran dan
kafe memajang graffiti sebagai penghias dinding. Penghias dinding tidak lagi
hanya berupa ornamen-ornamen atau wallpaper yang membosankan. Dinding menjadi
fakor utama pembentuk ruangan atau bangunan tempat tinggal manusia. Apakah
tidak membosankan melihat bentuk dinding yang begitu-begitu saja? Apakah
diperlukan seorang desainer atau penulis dinding untuk menghiasnya? Itu pilihan subjektif.
Sampai kapan
regenerasi para penulis dinding ini akan terus eksis? Tidak ada yang tahu.
Bahkan, digambarkan dalam film-film atau game bergenre “cyberpunk” dan masa
depan, graffiti masih tetap eksis. Digambarkan pula pada dunia masa depan,
ketika peradaban manusia kurang begitu menonjol, dan hanya menyisakan
bangunan-bangunan tak berpenghuni. Dengan tulisan atau graffiti pada dindingnya
yang berlumut. Ini menandakan bahwa graffiti sebagai penerus gerakan penulis
dinding akan terus bertahan kedepannya, begitu pula peninggalannya. Dan ini
menjadi kepuasan tersendiri bagi para penulis dinding ketika pesan, ekspresi
serta emosi yang dituliskan di dinding menjadi sebuah berita untuk masa depan. Karena kebanyakan pesan yang di tuliskan para penulis dinding merupakan bentuk keresahan pribadi dan atau tentang sosial. Hal tersebut dituliskan dalam salah satu lirik lagu dari Linkin Park - Breaking The Habit, "I'll paint it on the walls. 'Cause i'm the one at fault". Graffiti
adalah seni sekaligus literasi yang sudah berusia ribuan tahun, dan tidak akan
lekang oleh zaman. Salam untuk para penulis dinding.
Terima kasih.
Terima kasih.
Komentar
Posting Komentar