Agustus Tahun Ini #2


 

                Bulan agustus lagi. Tiap agustus tentu berbeda dengan agustus-agustus sebelumnya. Namun agustus tahun ini, sangat jauh berbeda. Hal yang cukup normal mungkin hanyalah jatah libur yang tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Agustus tahun ini kita punya 7 kali jatah tanggal merah. 5 kali di hari minggu, 2 kali yang lain tepat di Hari Kemerdekaan RI ke-75 dan Tahun Baru Hijriah 1442 H. Meskipun tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan tanggal merah di “Kalender Bahagia”-nya The Popo.
                Bicara soal jatah libur, terkadang bisa sangat membosankan jika terlalu lama. Dan nyatanya, banyak juga orang-orang yang tidak pernah merasakan apa itu libur. Apa sih tanggal merah yang selama ini ditetapkan pemerintah pada kalender resmi itu. Bahkan seseorang yang buta warna tidak akan menyadari adanya tanggal merah disebuah kalender. Tidak ada yang namanya libur, apalagi liburan. Yang benar saja. Bekerja sebagai budak korporat di kantor tiap “weekday”, dan melakukan pekerjaan sampingan tiap “weekend”. Demi memenuhi kebutuhan hidup yang semakin tidak terjangkau. Tanggal merah tidak berarti apapun. Kalender hanyalah sekumpulan angka berurutan yang diperuntukkan untuk orang-orang mapan. Apa itu libur? Ayolah. Jangan becanda! Libur hanya untuk orang-orang lemah!
                Kembali ke bulan agustus yang sangat berbeda tahun ini, agustus tahun ini diawali dengan semarak Idul Adha. Meski Idul Adha jatuh sehari sebelum agustus tiba, tapi semaraknya berlangsung selama tiga hari, sama seperti biasanya. Penyembelihan hewan kurban tetap dilaksanakan meski dalam kondisi sekarang ini. Para domba yang malang itu tidak bisa menghindari maut. Ya, karena kita adalah Serigala! Serigala tidak akan melepaskan buruannya.
                Masih diawal bulan, tepatnya pada tanggal 4 agustus. Kita dikejutkan dengan sebuah ledakan dahsyat di Kota Beirut. Sebuah ledakan bahan kimia sitaan yang ditimbun dalam gudang di Pelabuhan kota tersebut. Bentuk keteledoran pihak-pihak terkait yang membahayakan dan mengancam penduduk sipil. Seonggok awan jamur raksasa membumbung ke angkasa. Mengingatkan kembali akan kengerian bom atom Hiroshima dan Nagasaki. Yang juga terjadi pada bulan agustus 75 tahun silam. Duka mendalam untuk lebih dari 100 korban tewas. Cepat pulih untuk warga Kota Beirut. Semoga kejadian serupa tidak terulang lagi dimanapun. Semoga.
                Pertengahan agustus tentu saja menjadi hari yang spesial untuk Bangsa Indonesia. Sudah menjadi langganan tanggal merah disetiap tahunnya. Tepat pada tanggal 17 Agustus tahun ini, negara kita sudah berusia ¾ abad. Melalui jargon “Indonesia Maju” sudah saatnya kita berani berpikiran maju. Maju meninggalkan pola pikir kolot para ”boomer” yang selama ini menyandera. Singkirkan doktrin-doktrin kuno dan senioritas konyol mereka yang menghambat kemajuan. Belum lagi kebijakan-kebijakan pejabat yang kadang tidak bijak-bijak amat. Pengadaan teknologi yang seharusnya demi kemajuan rakyat, menjadi ajang memilah jatah. Dasar orang-orang gila hormat. Jangan harap bisa seenaknya! Saatnya memperkenalkan sebuah prinsip, “Nek gelem dijak maju, ayo! Nek ra gelem, yowes! Nek ngalangi, tabrak!” Tabrak dengan elegan, lewat cara-cara bersih dan taat aturan. Bangun ekosistem bermental baja, sehingga tidak akan mudah dijatuhkan. Dan dengan begitu, maju bukan lagi hanya harapan. Semoga diusia yang sudah 75 tahun ini, kedepannya kita benar-benar mampu membangun masyarakat maju yang berkelanjutan. Peduli lingkungan, berjiwa sosial, dan merdeka secara ekonomi. (SDGs).
                Kemudian tanggal merah kedua, jatuh pada tahun baru Hijriah. Yang jatuh bersamaan dengan tanggal 20 agustus ditahun masehi. Tidak banyak bentuk keramaian dalam perayaan tahun baru ini, apalagi mengingat kondisi yang ada. Tahun yang sistemnya mengacu pada peredaran bulan ini, kurang begitu populer di masyarakat. Tahun baru yang cenderung biasa-biasa saja dan tidak pernah berlebihan. Sama seperti biasanya. Semoga tahun baru ini menjadi tahun yang lebih baik. Semoga saja.
                Agustus tahun ini juga menjadi tahun yang aneh jika dilihat dari sisi hiburan dan olahraga. Bicara soal sepak bola, jika biasanya bulan agustus adalah bulan di mana musim baru dimulai (Sepak bola di Eropa). Tidak dengan agustus tahun ini. Agustus ini malah menjadi bulan penutup dari musim terpanjang persepakbolaan Eropa. Dengan prosedur pencegahan ketat, liga-liga di Eropa tetap melanjutkan agendanya. Selamat untuk tim-tim yang mampu menjadi Juara. Terima kasih telah menjadi satu-satunya hiburan masyarakat di tengah kondisi yang ada.
                Dan tentu saja tidak hanya bulan agustus, karena tahun ini memang sungguh sangat aneh. Kita tidak henti-hentinya disuguhkan berita tentang kematian setiap harinya. Berita kesedihan, berita tentang solusi-solusi, cara pencegahan, perkembangannya, dll. Ada pula berita tentang teori-teori konyol dari para penggagas teori konspirasi yang “sok tahu” itu. Hanya bermodalkan kemampuan “cocokologi” tanpa bukti. Memperkeruh keadaan, berharap atensi tanpa pengetahuan yang mumpuni. Tidak habis pikir, dan sungguh memuakkan. Sungguh tahun yang berat, tahun yang penuh tantangan dan juga harapan.
                Masyarakat di belahan Bumi manapun berada di tengah-tengah ketidakpastian. Kebangkrutan dan pengangguran lumrah di mana-mana. Satu hal yang ternyata baru kita sadari, peradaban manusia yang baru seumur jagung itu, tidak sekuat yang kita banyangkan. Spesies yang menjadi raja atas segalanya tersebut tumbang ditangan makhluk-makhluk mikroskopis. Ironi yang sungguh menyedihkan, meski bukan kali pertama. Alam bekerja dengan cara yang tidak pernah kita tahu demi menjaga keseimbangan. Apakah ini yang dinamakan seleksi alam. Apakah benar, jika Bumi sedang marah terhadap kesombongan dan kerusakan yang kita lakukan. Hal tersebut pernah diungkapkan dalam sebuah lagu oleh band “punkrock” asli Yogyakarta, Rebellion Rose – Bumiku Sahabat Baikku: “Lihatlah duniaku yang enggan tertawa, melihat kesombongan manusia yang semakin menggila.” Ya, kita terlalu sombong menganggap diri kita adalah pusat dari segalanya. Kita terlalu angkuh untuk menganggap bahwa kita tak terkalahkan. Kita bukanlah siapa-siapa, meminjam lirik lagu dari Project Cyrios – God Lives In Cyberpunk, “We’re just a piece a junk, we’re just a piece a junk”. Faktanya, kita hanyalah “stardust” yang secara mengesankan mampu berkembang menjadi spesies yang lebih unggul dibandingkan spesies lainnya di Bumi. Sudah saatnya pula kita peduli terhadap alam dan apa-apa yang ada di Bumi. Karena saat ini, Bumi masih menjadi satu-satu tempat yang bisa kita tinggali. Satu-satunya tempat dimana kita bisa berbagi dengan semua makhluk hidup yang ada.
                Kapan kondisi ini akan berhenti, banyak sekali prediksi dan spekulasi. Tetapi tidak ada yang tahu pasti. Mari percayakan hal tersebut kepada mereka-mereka yang ahli dan kompeten dibidangnya. Mari kita pastikan tidak akan ada lagi korban diantara keluarga dan teman kita, dengan cara mematuhi prosedur pencegahan yang sudah diberlakukan. Tetap semangat untuk para tenaga medis yang tak kenal lelah. Duka mendalam untuk tenaga medis yang telah gugur. Belasungkawa yang sangat dalam untuk ratusan ribu korban tewas di seluruh dunia. Tidak banyak yang bisa dikatakan, tidak banyak yang bisa dilakukan. Semoga cepat sembuh untuk jutaan orang yang masih dalam penanganan. Dan untuk seluruh keluarga korban di penjuru dunia, selalu dilimpahkan kesabaran.
Sabaar...
Sabaaar...
Salam.

Komentar